BIROKRASI
DEFINISI BIROKRASI
Birokrasi berasal dari kata
bureaucracy (bahasa inggris bureau + cracy), dapat diartikan sebagai suatu
organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana leboh
banyak orang berada di tingkat bawah daripada tingkat atas, biasanya di temui
pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer.
Birokrasi
dalam kesehariannya dimaknai sebagai institusi resmi yang melakukan fungsi
pelayanan terhadap kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Segala bentuk upaya
pemerintah dalam mengeluarkan produk kebijakannya semata-mata dimaknai sebagai
manifestasi dari fungsi melayani orang banyak. Walaupun persepsi ini mengandung
titik–titik kelemahan, namun sampai saat ini pemerintah yang diwakili oleh
institusi birokrasi tetap saja diakui sebagai motor penggerak pembangunan.
Pemaknaan birokrasi sebagai organ pelayanan bagi masyarakat luas tentu
merupakan pemaknaan yang bersifat idealis, dan pemaknaan ideal terhadap fungsi
pelayanan yang diperankan birokrasi tidaklah bisa menjelaskan orientasi
birokrasi.
Pola
patron-client yang kental menjadikan ciri birokrasi menjadi berdampak mematikan
inisiatif masyarakat, kualitas pelayanan masyarakat menjadi tidak efisien,
karena praktek birokrasi yang terlalu hirearkis sehingga keputusan selalu ada
di pejabat atas. Hal ini akan berakibat juga kreativitas, inisiatif dan sikap
kemandirian birokrasi dalam memberikan pelayanan menjadi kurang, sehingga
pelayanan dinilai oleh masyarakat menjadi lamban dan berbelit-belit. Disisi
lain terjadilah pelayanan yang high cost karena agar cepat client diwajibkan
untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang sengaja dibuat agar menyulitkan
pelanggan.
Birokrasi
di Indonesia masih tampak menjaga jarak sosial (social distance) yang terlalu
jauh dengan kelompok sasarannya yakni publik dan pengguna jasa layanan,
sehingga rakyat nyaris dalam situasi yang tidak berdaya (powerless) dan tidak
memiliki pilihan. Dengan kondisi yang demikian itulah maka penerapan organisasi
pelayanan publik yang berorientasi pada kemanusiaan akan sulit dilakukan.
Budaya dasar birokrasi lebih banyak bersandar padaetos feodalisme.
Lalu
pertanyaanya bagaimana upaya yang dilakukan agar birokrasi mampu melaksanakan
misi utama yakni memberikan pelayanan secara efektif dan efisien kepada
masyarakat. Jawabannya harus dengan melakukan perubahan atau reformasi, bukan
saja terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan perubahan pada
tingkat struktur, sikap dan tingkah laku / etika.
Upaya
reformasi yang berkaitan dengan proses dan prosedur relatif lebih mudah
dilakukan, karena sebagian besar berkait dengan proses administrasi, akan
tetapi yang lebih fundamental adalah bagaimana melakukan perubahan sikap dan
perilaku, sehingga birokrasi sebagai mesin pemerintah dapat berjalan dengan
baik menuju ke tujuan yakni meningkatnya kesejahteraan masyarakat tanpa
melakukan hal-hal yang tidak baik yang bertentangan dengan moral dan etika.
KEUNTUNGAN
BIROKRASI
- Lebih efisien karena memiliki kekuatan tersendiri.
- Sangat ideal dan cocok untuk memperkecil pengaruh dari politik dan pribadi di dalam keputusan-keputusan organisasi.
- Menjadi wujud terbaik organisasi karena membiarkan memilih pejabat-pejabat dan yang lainnya untuk mengidentifikasi dan mengendalikan yang bertanggung jawab untuk siapadan atas apa yang dilakukannya.
KELEMAHAN
BIROKRASI
Kelemahan
tentang birokrasi umumnya bermuara pada penilaian bahwa birokrasi tidak netral.
Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri, apalagi melihat praktek sehari-hari
dimana birokrasi terkait dengan lembaga lainnya. Oleh karena itu, birokrasi
pemerintah tidak mungkin dipandang sebagai lembaga yang berdiri sendiri,
terlepas dari lembaga-lembaga lainnya.
Dalam
realitanya, birokrasi yang menggejala saat ini adalah praktek buruk yang
menyimpang dari teori idealismenya Weber. Dalam prakteknya, muncul kesan yang
menunjukkan seakan-akan para pejabat dibiarkan menggunakan kedudukannya di
birokrasi untuk kepentingan diri dan kelompok. Ini dapat dibuktikan dengan
hadirnya bentuk praktek birokrasi yang tidak efisien dan bertele-tele.
BIROKRATISME
Pengertian
birokratisme mengacu pada sifat keterpakuan pada rutinitas, penolakan terhadap
inovasi, keengganan memikul tanggung jawab, kekakuan dalam menerapkan aturan,
dan kecenderungan menunda pekerjaan (Dawam Raharjo; Prisma, 1986). Selain
sebagai acuan pemahaman, pengertian ini dapat juga dijadikan pegangan dalam
evaluasi dan perbaikan.Contoh mudahnya, Bila seharusnya di Kantor Desa untuk
membuat KTP adalah 1 Minggu, namun pada kenyataannya ternyata lebih lama, itu
termasuk Birokratisme. Kalau jadi lebih cepat itu juga Birokratisme.
Birokratisme
adalah sebuah keburukan yang terdefinisi dengan baik, sebuah pelencengan yang
buruk dan berbahaya, yang telah dikutuk secara resmi namun tetap tidak
menunjukkan tanda-tanda akan melenyap. (Nogi Hessel Tanglilisan. 2005.
Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia WidiasaranaIndonesia)
Terlebih
lagi, cukuplah sulit untuk melenyapkannya dengan satu pukulan. Tetapi bila
birokratisme, seperti yang dikatakan oleh resolusi Komite Pusat, mengancam
untuk memisahkan partai dari massa dan oleh karenanya melemahkan karakter kelas
dari partai, maka perjuangan melawan birokratisme tidak mungkin berasal dari
pengaruh-pengaruh non-proletar. Sebaliknya, aspirasi partai untuk menjaga
karakter proletarnya niscaya harus melahirkan resistensi terhadap birokratisme.
Tentu di bawah kedok resistensi ini, berbagai tendensi yang keliru, tidak
sehat, dan berbahaya dapat memanifestasikan diri mereka. Dan mereka tidak dapat
diungkapkan tanpa menganalisa dengan metode Marxis isi ideologi mereka. Akan
tetapi, mengidentifikasikan resistensi terhadap birokratisme sebagai sebuah
kelompok yang menjadi kendaraan untuk pengaruh asing adalah sendirinya menjadi
“kendaraan” untuk pengaruh birokratis.
DAFTAR
PUSTAKA :
- Basri, Seta. 2011. Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta : Indie Book Corner.
- Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1989. Jakarta: Cipta Adi Pustaka.
- Pasolong, Harbani. 2004. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung : Alfabeta.
- Thoha, Miftah. 2007. Birokrasi Dan Politik Di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.